Disadur dari WAG (Whatsapp Grup) One Day One Hadith
Berikut LINK yang bisa diikuti :
Oleh : +628113667993
Ke pasar beli ikan tenggiri, Pulangnya bawa rambutan.
Jangan cari yang tanpa cela diri, Pilih yang baik untuk jadi sandaran.
Pagi hari menanam kelapa, Sore panen buah delima.
Jika aib tertutup rapat sempurna, Yang penting hatinya tetap terjaga.
Ke taman bunga petik melati, Harumnya semerbak terasa indah.
Yang terbaik bukan tanpa cacat diri, Tapi yang selalu belajar untuk berubah.
Ke hutan cari rotan muda, Jangan lupa bawa belati.
Ilmu agama dari ahlinya saja, Agar selamat dunia dan nanti.
Memetik mawar di pagi buta, Hati-hati terkena durinya.
Husnuzhonlah pada para ulama, Mereka beramal atas dasar ilmunya.
Ke pantai naik perahu layar, Sampai tepi angin pun teduh.
Jika ragu segera tabayyunlah, Agar selamat dan tak tersesat jauh.
Ke pasar malam beli lampu hias, Sambil mampir membeli roti.
Agama jangan ditimbang bebas, Ambil dari ahlinya untuk keselamatan hati.
Burung elang terbang ke lembah, Di tepi sungai mencari mangsa.
Jika ada hal yang terasa janggal, Bertanyalah pada ulama yang utama.
Menanam tebu di kebun Pak Hadi, Disiram air agar tumbuhnya lurus.
Husnuzhonlah pada ulama sejati, Ilmunya berdasar, amalnya tulus.
Pohon beringin rindang daunnya, Tempat berteduh burung pipit.
Walau berbeda suku dan agama, Kita bersaudara dalam satu negeri yang sempit.
Bunga melati harum baunya, Tumbuh indah di tepi taman.
Jaga harmoni di tengah dunia, Persatuan bangsa adalah kekuatan.
Langit senja indah warnanya, Menyapa damai jiwa yang tenang.
Beda itu karunia, bukan masalahnya, Kita bersatu untuk masa depan yang gemilang.
Pagi cerah angin bertiup, Hilir sungai riak berkilau.
Hati yang kotor hidup terselip, Tercela sifat jadi penghalang amal.
Berbohong itu merusak nama, Sombong dan bangga hanyalah sia-sia.
Menghina sesama bawa derita, Mencaci dan fitnah perbuatan durhaka.
Berprasangka buruk hilang nurani, Pamer kekayaan hanya menyakiti.
Merasa baik membuat rugi, Iri dan dengki hati tersakiti.
Mencuri harta orang tak halal, Menyuap dan korupsi dosa yang kekal.
Nipotisme dan monopoli menambah bebal, Merampok dan suap jauhkan akhlak yang adil.
Membunuh jiwa adalah dosa, Menipu orang hilangkan percaya.
Membenci dan dendam racun jiwa, Berwatak jahat rusak suasana.
Mengganggu sesama, merugikan, menyakiti, Mengecewakan hati dan akal tak berarti.
Curang dan akal-akalan takkan membawa arti, Merepotkan orang membuat hidup tak damai lagi.
Meminta-minta tanpa usaha, Membicarakan keburukan menambah dosa.
Berzina, berjudi, mabuk, dan foya-foya, Mengadu domba sesama, itu takkan membawa bahagia.
Gila hormat, pujian, jabatan, dan kekuasaan, Semua hanya angin, tiada kedamaian.
Ingatlah hati ini butuh ketenangan, Dekatkan diri kepada Allah yang Maha Pengasihan.
Bila hidup penuh sifat tercela, Apa arti jalan di dunia fana?
Hindarilah semua, insyaAllah mulia, Hati damai, jiwa bahagia, surga menunggu kita.
Pohon beringin tumbuh di taman, Teduh daunnya saat siang terik.
Manusia berjuang di negeri zaman, Hidup di dunia memang penuh pelik.
Alam manusia tertata rapih katanya, Namun tak semua layak dihuni.
Manusia diuji sabar jalannya, Agar dapat surga sebagai janji.
Meski republik kadang bercelaru, Berusaha ikhlas itulah caranya.
Yang kacau diubah janganlah jemu, Bangun bersama jadi solusinya.
Jangan lari dari kenyataan, Setiap tempat ada ujiannya.
Ketenangan sejati bukan pindahan, Tapi bersyukur pada jalannya.
Mentari tenggelam di ufuk barat, Langit jingga, senja menyapa.
Sejarah kelam jadi pelajaran berat, Agar masa depan tak lagi serupa.
Nilai keadilan sering terabaikan, Hukum terlena oleh harta dunia.
Namun harapan jangan ditinggalkan, Keadilan sejati tetaplah ada.
Anjing setia menggonggong di jalan, Ikut jejak tanpa tahu arah.
Hidup merdeka bukan sekadar slogan, Tapi perjuangan melawan yang salah.
Bicara surga bukanlah mimpi, Tapi langkah benar yang kita tempuh.
Jika keadilan belum berdiri, Setidaknya hati tetap jujur dan patuh.
Jangan berdiam saat dunia gelap, Bangkitlah terang di tengah gelisah.
Walau sekarang terasa pengap, Kebenaran pasti temukan rumah.
Mentari pagi sinarnya terang, Embun menetes di daun keladi.
Hukum dan amanah bukanlah barang, Tapi tanggung jawab bagi yang berbudi.
Polisi berdiri menjaga negeri, Ulama menuntun dengan hikmah dan doa.
Bila keadilan tak ditegakkan lagi, Rakyat resah, hilanglah bahagia.
Tugas pejabat adalah melindungi, Bukan menembak tanpa nurani.
Hukum ditegakkan, bukan menyakiti, Supaya negeri jauh dari tirani.
Pejabat rakus merusak rakyat, Koruptor tega mencuri hak bangsa.
Pemimpin yang jujur haruslah kuat, Hancurkan kebatilan dengan langkah bijaksana.
Penjaga bangsa janganlah goyah, Keadilan adalah dasar negara.
Ulurkan tangan kepada yang lemah, Berantas yang zalim tanpa pandang rupa.
Jika ulama dan penjabat menyatu, Negeri ini akan jaya dan damai.
Namun bila amanah tak lagi terpaku, Kehancuran pasti datang tanpa selesai.
Wahai pemimpin, jadilah bijaksana, Hati bersih membawa maslahat.
Rakyat menanti keadilan nyata, Kedamaian lahir dari pemimpin yang taat.
Seperti lautan luas nan indah, Begitu pula harapan rakyat jelata.
Jika hukum dan cinta berjalan searah, Maka negeri ini surga di dunia.
Mentari pagi bersinar cerah, Embun menetes di daun cemara.
Akun palsu bak bayang yang gelisah, Bersembunyi di balik nama yang fana.
Burung berkicau di atas dahan, Langit biru membentang damai.
Akun palsu mencipta kerusuhan, Menebar fitnah, membuat ramai.
Seperti topeng tanpa wajah, Tak dikenal, tak punya hati.
Hanya keberanian tanpa alas yang sah, Menyerang sesama dengan caci maki.
Namun ingatlah wahai manusia, Segala yang tersembunyi pasti nyata.
Di hadapan Allah tak ada rahasia, Semua perbuatan pasti ada balasannya.
Lebih baik jujur dalam bicara, Nama asli jauh lebih mulia.
Daripada hidup dalam dusta, Merusak iman dan kehormatan jiwa.
Gunakan teknologi untuk manfaat, Sebarkan ilmu, kasih, dan hikmah.
Jangan jadikan dunia maya tempat maksiat, Tapi ladang kebaikan untuk meraih rahmat.
Hidup ini singkat, penuh ujian, Jangan sia-siakan waktu yang ada.
Akun palsu bukanlah kehebatan, Melainkan kelemahan jiwa semata.
Maka jadilah insan yang bijaksana, Berani tampil dengan jati diri.
Hidup tenang tanpa dusta, Dekat dengan Allah, damai di hati.
Mentari pagi bersinar lembut, Angin berbisik menyejuk jiwa.
Ilmu tinggi janganlah angkuh, Karena di atas langit, ada yang lebih mulia.
Air mengalir tenang di sungai, Diam menghanyutkan, penuh hikmah.
Orang yang bijak tak merasa pandai, Karena ia tahu ilmunya terbatas sudah.
Burung terbang tinggi di angkasa, Namun ia tak pernah lupa bersarang.
Ilmu sejati tunduk pada Yang Esa, Tak merasa pintar, tak memandang orang.
Padi yang berisi makin merunduk, Itulah tanda kebijaksanaan hakiki.
Merasa benar hanya menambah buruk, Kerendahan hati membawa harmoni.
Bulan dan bintang menghias malam, Cahayanya lembut, tak menyilaukan.
Ilmu tak butuh pengakuan, Cukup bermanfaat bagi kehidupan.
Seperti awan yang melayang di langit, Diam tak berbunyi, namun bermanfaat.
Orang yang rendah hati selalu dihargai, Karena ia membawa kedamaian yang hangat.
Jangan merasa benar sepanjang masa, Karena kebenaran milik Yang Maha Tahu.
Belajarlah mendengar, belajar memahami, Itulah jalan menuju akhlak yang luhur.
Jadilah seperti embun di pagi hari, Datang diam, memberi kehidupan.
Tak merasa pintar, tak merasa tinggi, Namun kehadirannya jadi berkah bagi alam.
Angin berhembus di ladang padi, Hening terasa di bawah mentari.
Judi online menghancurkan hati, Merusak moral, mencuri rezeki.
Hukum ditegakkan jangan setengah, Jangan biarkan kejahatan bernafas lega.
Jika uang haram jadi sumber alih langkah, Nilai bangsa tergerus tiada makna.
Alutsista penting bagi negeri, Namun sumbernya harus halal dan murni.
Jangan gunakan hasil judi, Karena dosa takkan terhapus meski berseri.
Rakyat berharap pemimpin bijak, Yang lurus jalannya dalam bertindak.
Bukan mengolah kejahatan jadi alasan, Namun memberantas hingga tiada sisa perusakan.
Seperti sungai yang jernih mengalir, Segala kebijakan harus bersih.
Jangan terima kotoran di dalam arus, Karena akhirnya hanya membawa arus keruh.
Jika dosa dianggap biasa saja, Hati nurani makin hilang suaranya.
Bukan kekuatan yang jadi utama, Tapi moral bangsa yang menjaga martabatnya.
Hukum dan aturan bukan sekadar pajangan, Tapi landasan hidup yang kita pegang.
Jangan kompromi dengan kejahatan, Karena bangsa ini lahir dari perjuangan.
Judi adalah racun yang mematikan, Hasilnya tak layak membangun peradaban.
Bangkitlah pemimpin dengan kebijakan suci, Demi masa depan anak negeri.
Seperti laut yang luas dan biru, Tegakkan keadilan dengan dasar yang padu.
Bukan kompromi pada jalan yang salah, Namun keberanian untuk terus melangkah.
Bunga mekar di tepi taman, Harum semerbak menyapa pagi.
Menerima diri tanda kedewasaan, Mencintai hidup tanpa basa-basi.
Di tengah badai kau tetap teguh, Tak tergoda rayu dari sekitarmu.
Bagaikan karang di laut yang utuh, Keyakinan kokoh takkan runtuh.
Burung terbang tinggi di angkasa, Namun tahu kapan harus bersarang.
Pandai menempatkan diri di segala masa, Tanpa butuh sorotan atau pujian orang.
Mentari terbenam membawa senja, Langit jingga indah mempesona.
Meski berbeda, hatimu tetap bahagia, Karena kau tahu, itu bagian dari warna.
Air jernih mengalir ke sungai, Tak pernah berpura dalam perjalanan.
Jujur pada diri itulah nilai, Yang menjadikan hati penuh kedamaian.
Padi menguning tanda berisi, Merunduk tenang tanpa bandingkan.
Hidupmu tumbuh jadi versi terbaik diri, Tanpa iri pada langkah teman.
Bintang gemerlap di malam pekat, Tetap bersinar tanpa memaksa terang.
Mengakui salah adalah langkah hebat, Mengevaluasi diri untuk kebaikan datang.
Lautan luas penuh rahasia, Namun tetap damai dalam gelombang.
Menerima diri adalah anugerah mulia, Hidup bahagia tanpa beban yang melintang.
Jadilah seperti pelangi di langit, Indah dengan warna yang apa adanya.
Menerima diri adalah langkah yang legit, Menjadi manusia yang penuh makna.
Buih-buih di laut berkilauan, Tarian ombak memeluk pantai.
Hidup penuh rasa kesunyian, Karena hati takut berjumpa ramai.
Mentari pagi hangat menyapa, Namun hati bimbang di balik jendela.
Hindari orang bukan tak cinta, Hanya khawatir terluka jiwa.
Burung camar terbang melayang, Namun ragu untuk turun ke daratan.
Begitu juga jiwa yang bimbang, Ingin dekat, tapi takut penolakan.
Hati bagai daun gugur ke tanah, Rapuh, takut diinjak tak sengaja.
Hindari tatap, sembunyi di sela-sela, Padahal rindu pada cinta dan tawa.
Namun ingatlah laut yang bergelombang, Meski takut, ia tetap mengalir jauh.
Jiwa yang menghindar butuh ruang tenang, Agar berani menyapa hidup yang utuh.
Jangan biarkan rasa itu mengikat, Kebahagiaan ada di balik langkah kecil.
Buka hati meski pelan mendekat, Karena interaksi adalah rahmat yang indah.
Mentari senja tetap memerah, Meski malam menjelang, ia tetap terang.
Hati yang takut bisa berubah, Asal sabar melangkah, keberanian kan datang.
Buih di laut memang terpecah, Namun ia tetap menyatu dengan lautan.
Jiwa yang rindu takkan salah arah, Jika cinta dan dukungan jadi pelabuhan.
Beranikan diri meski perlahan, Hindari rasa yang menutup jiwa.
Karena hidup indah dalam kehangatan, Bersama manusia, berbagi bahagia.
Langit biru dihiasi mentari, Awan putih melayang perlahan.
Ulama dan pejabat penjaga harmoni, Jangan sampai rakyat tenggelam dalam kesunyian.
Bumi subur memanggil ladang, Namun korupsi membuat keringnya hasil.
Ulama dan pemimpin janganlah hilang, Karena keadilan adalah tugas yang adil.
Pejabat bijak menjaga negeri, Bukan hanya janji yang terucap manis.
Jika laut rakyat terus kau kurangi, Tenggelam negeri dalam krisis.
Ulama adalah cahaya penerang, Pejabat adalah tangan yang bekerja.
Jika keduanya lupa pada Tuhan, Hancurlah bangsa, terombang-ambing tanpa asa.
Jadilah pemimpin yang selalu peduli, Menegakkan keadilan dengan hati nurani.
Karena tanggung jawab bukan hanya duniawi, Tapi juga pertanggungjawaban di akhir nanti.
Bumi menangis jika ditinggalkan, Laut mengamuk jika tak dihormati.
Ulama dan pejabat haruslah bertahan, Menjaga rakyat dari bahaya korupsi.
Seperti perahu yang melaju di lautan, Pemimpin harus tahu arah dan tujuan.
Jika hanya berpikir untuk kepentingan, Maka karamlah kapal, sirna harapan.
Ulama adalah guru yang menunjukkan jalan, Pejabat adalah pelaksana yang memegang peran.
Jika keduanya bersatu dalam kebenaran, Sejahtera rakyat, tegaklah keadilan.
Jadilah seperti samudra luas dan biru, Menyimpan kedamaian di kedalamannya.
Jangan ambil hak rakyat tanpa tahu malu, Karena setiap perbuatan ada hisabnya.
Bersama, ulama dan pejabat harus padu, Menjaga negeri dalam kerangka mulia.
Karena amanah ini berat dan syahdu, Untuk dunia, rakyat, dan rahmat-Nya.
Di pantai sunyi ombak berdebur, Tinta biru menggoreskan cerita.
Pemilu sudah berlalu, tugas besar, Namun hukum tetap menjaga kebenaran kita.
Langit senja penuh warna jingga, Tinta biru, tanda hak suara.
Hukum tak pernah pandang siapa, Semua harus tunduk pada aturan yang ada.
Seperti laut yang dalam dan luas, Kebenaran itu tak bisa disembunyi.
Tinta biru bukan hanya tanda masa lalu, Tapi komitmen untuk negara yang abadi.
Di tengah arus, perahu tetap tenang, Kehati-hatian menjaga agar tak karam.
Hukum mengatur agar tak ada yang hilang, Hak suara dihormati, tak ada yang salah.
Burung terbang tinggi di langit biru, Mencari arah dengan penuh keyakinan.
Demokrasi berjalan dengan tinta yang satu, Namun hukum tetap mengawal setiap langkah peradaban.
Jika tinta biru masih menempel di jari, Itu tanda dari masa yang telah berlalu.
Namun hukum yang bijak tak akan berhenti, Memastikan hak dan kewajiban tetap berlanjut.
Jangan biarkan kesalahan terulang kembali, Karena hukum adalah penjaga bagi negeri.
Tinta biru adalah kenangan yang tersisa, Namun keadilan akan tetap hidup selamanya.
Mentari terbit, sinar membelah langit, Memberi terang pada setiap langkah.
Namun hati yang penuh tipu dan sakti, Takkan menemukan ketenangan yang tepat.
Bukti palsu bagaikan bayang-bayang, Menyelubungi kebenaran yang hakiki.
Namun, ingatlah pada Tuhan yang agung, Yang tak akan membiarkan kebohongan abadi.
Di dunia ini penuh dengan cobaan, Manusia diuji dalam berbagai cara.
Namun yang jujur pasti mendapat kemenangan, Karena Allah selalu menjaga yang benar.
Seperti kapal yang berlayar di lautan, Tak akan selamat bila menabrak batu.
Demikian juga hidup yang penuh kepalsuan, Takkan sampai pada tujuan yang dituju.
Bukti palsu mungkin bisa menipu, Namun kebenaran akan selalu bersinar.
Allah melihat segala perbuatanmu, Tak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya, tiada yang samar.
Dunia mungkin memberi jalan licin, Namun akhirat adalah tempat yang abadi.
Di sana, setiap perbuatan dihitung dengan teliti, Tak ada yang luput dari perhitungan yang pasti.
Jangan hanya mengejar keuntungan dunia, Karena akhiratlah tujuan sejati.
Hidup ini sementara, cepat berlalu, Tapi amal jujur akan kekal di sisi Ilahi.
Jaga hati, jaga kata, dan perbuatan, Bukti yang nyata adalah kejujuran.
Biar pun dunia menggoda dengan tipu daya, Kejujuran akan membawa pada kedamaian dan kebahagiaan.
Jika dunia ini penuh dengan ujian, Akhirat adalah tempat yang penuh ketenangan.
Jadilah orang yang tegas dan jujur, Karena Allah selalu bersama orang yang benar.
Manusia pandai menilai rupa, Tak hirau hati di balik jiwa,
Gemerlap dunia jadi cahaya, Namun lupa itu fana belaka.
Langit luas dihias mentari, Purnama datang gantikan pagi,
Hati manusia bagai pelangi, Warnanya indah, tak semua berseri.
Burung berkicau di dahan tinggi, Menghadap angin, tak gentar lagi,
Namun manusia sering lupa diri, Melihat luar, tak tahu isi.
Pasir putih di tepi pantai, Air tenang mengalir damai,
Begitu hidup jika disandai, Bijak menilai, tak mudah semai.
Bunga melati harum semerbak, Mekar indah di taman teriak,
Namun akar di tanah terinjak, Seperti hati yang tulus terdesak.
Hujan turun menyiram bumi, Menyubur tanah, membawa arti,
Namun sering lupa kita pahami, Apa yang tersembunyi tak kalah berisi.
Manusia hidup tak lepas khilaf, Namun gemar tunjuk kesalahan sesaat,
Padahal hati sejati nan tulus, Hanya Tuhan yang tahu sejauh batas.
Gunung tinggi berdiri kokoh, Tak goyah walau badai mengeluh,
Begitulah hati yang sabar meneguh, Tak gentar meski dinilai penuh.
Janganlah lupa memandang diri, Dalam cermin, bercahaya berseri,
Lebih baik koreksi yang tersaji, Daripada sibuk mencari salah sendiri.
Manusia fana tak kekal abadi, Harta dan rupa takkan lestari,
Yang abadi hanyalah budi, Hingga akhirat menjadi bukti.
Ombak kecil membelai pantai, Lalu surut menghilang damai,
Hidup manusia bagai selendang melambai, Jika bijaksana, selamatlah sampai.
Mari renungi gemerlap dunia, Di balik indahnya, ada fana,
Lebih baik hidup dengan bijaksana, Agar bahagia dunia dan surga.
Di ufuk senja mega memerah, Rembulan muncul dengan anggun bercahaya,
Namun manusia hatinya kian parah, Hilang nurani, tumbuh angkara murka.
Burung terbang melintas lembayung, Suara riangnya membelah angkasa,
Tapi manusia terjerat dalam bayang, Dendam, iri, dan nafsu durjana.
Angin berhembus lembut menyapa, Menggoyang daun penuh harmoni,
Manusia justru saling mencela, Lupa hidup adalah berbagi.
Nelayan melaut dengan penuh doa, Mencari nafkah demi keluarga tercinta,
Namun manusia rakus tak kenal asa, Menghisap hak sesama tanpa rasa.
Bunga mawar bermekaran indah, Menghiasi taman yang penuh warna,
Manusia malah membiarkan fitnah, Merusak nama demi tahta dan harta.
Di hutan rimba gajah berjalan, Beriringan, tunduk pada aturan,
Manusia lupa pada nilai keadilan, Menggadai moral demi kepalsuan.
Gunung menjulang tegar berdiri, Menjaga bumi, memberi kesejukan,
Manusia malah membuat luka ngeri, Merusak alam tanpa perhitungan.
Namun rembulan tetap tersenyum lembut, Walau gelap sering menyelimutinya,
Begitu juga hikmah, bijak dan larut, Tetap menerangi jiwa yang setia.
Jika manusia sadar dan kembali, Menata langkah dengan hati bersih,
Pasti dunia jadi tempat damai, Rahmat tersebar hingga akhir kasih.
Mari renungkan di setiap waktu, Apa arti hidup yang kita jalani,
Bijak, rasional, rahmatan lil alamin itu, Hidup bersama dalam harmoni sejati.
Buih di lautan berkilau gemerlap, Tampak indah namun mudah memudar,
Begitulah caci yang sering terlontar, Hanya merusak tanpa memberi sadar.
Burung merpati terbang di angkasa, Tak bersuara, namun damai terasa,
Lisan yang kotor hanya bawa bencana, Menebar luka, jauhkan rasa cinta.
Mentari pagi menyinari pelan, Memberi hangat tanpa menyakitkan,
Namun lisan tajam bagai pedang di tangan, Melukai hati, meruntuhkan persaudaraan.
Ombak datang menyapa pesisir pantai, Menghapus jejak tanpa dendam di dada,
Namun manusia sering hilang santai, Caci maki meluncur tanpa jeda.
Langit biru dihias pelangi yang indah, Menyapa bumi dengan warna harmonis,
Mengapa manusia sulit menjaga lidah, Bukankah cinta damai itu jauh lebih manis?
Pohon beringin berdiri kokoh di ladang, Daunnya rindang, melindungi dari terik,
Orang bijak tak akan caci sembarang, Karena tahu lidah harus selalu berpikir.
Di sungai tenang ikan berenang riang, Hidup damai tanpa saling menyakiti,
Orang beriman menjaga ucap di setiap ruang, Karena tahu lisan adalah cermin nurani.
Bulan purnama menerangi malam gelap, Tak berkata, namun memberi keindahan,
Orang cerdas bicara dengan penuh tanggap, Setiap kata berfaedah bagi kehidupan.
Angin sepoi berhembus menyentuh wajah, Lembut sentuhannya, menyejukkan jiwa,
Lisan yang sopan membawa berkah, Lisan kasar hanya menambah derita.
Peliharalah lisan bagaikan mutiara, Berkata baik atau diam dalam bijaksana,
Agama mengajarkan budi pekerti utama, Hingga lisan menjadi rahmat bagi semesta.
Mari renungkan sebelum bicara, Karena kata bagai panah yang melesat jauh,
Sekali keluar tak bisa ditarik kembali, Hanya bijaklah yang menjaga dunia tetap utuh.
Buih di lautan menari berkilauan, Menghias pantai dengan irama lembut,
Selagi akal masih jadi pedoman, Gunakan untuk berbuat sesuatu yang patut.
Mentari pagi memancar keemasan, Menghangatkan bumi tanpa pilih kasih,
Orang berakal tahu batas dalam tindakan, Melangkah bijak tanpa menyakiti yang berselisih.
Angin sepoi membelai dedaunan, Membawa kesejukan di tengah keramaian,
Akal sempurna memandu ke jalan kebenaran, Menghindari gelap yang penuh kemunafikan.
Di langit biru, elang terbang tinggi, Mengamati dunia dengan tatapan tajam,
Orang bijak tak silau oleh duniawi, Karena tahu akhirat adalah tujuan yang kelam.
Gunung kokoh berdiri gagah di lembah, Teguh menjaga bumi dari kehancuran,
Akal manusia hendaknya tak mudah menyerah, Karena hidup penuh ujian dan pelajaran.
Sungai mengalir menyejukkan jiwa, Tak pernah lelah walau arus menggoda,
Orang berakal tahu kapan harus bersuara, Dan kapan diam menjaga kehormatan jiwa.
Bulan purnama bercahaya di malam gelap, Menerangi jalan bagi yang tersesat,
Orang yang berakal bagaikan pelita, Memberi arahan tanpa merasa hebat.
Pohon beringin melindungi yang lelah, Akar menghujam, cabang meluas tenang,
Orang berakal menjaga hati dari amarah, Menjalani hidup dengan kasih dan kesabaran panjang.
Bintang berkelip di angkasa raya, Meski kecil, ia tetap bercahaya nyata,
Orang bijak tahu hidup tak selamanya, Gunakan akal untuk beramal sebelum terlambat tiba.
Selagi akal masih menjadi milik kita, Gunakan ia untuk hal yang berguna,
Jangan terlena oleh nafsu dunia, Hingga lupa akhirat menanti di sana.
Mari jalani hidup dengan penuh kesadaran, Akal adalah anugerah yang tak ternilai,
Hidup seimbang dunia dan akhirat tujuan, Hingga kita menjadi insan yang damai dan adil.
Buih di lautan berkumpul bersama, Berhias indah di atas gelombang,
Manusia hidup harus penuh rasa, Bersatu saling bantu, langkah pun tenang.
Burung camar terbang beriringan, Meniti angin menuju arah yang sama,
Jika manusia saling menopang kehidupan, Tak ada yang lemah, semua jadi istimewa.
Mentari pagi menyinari dunia, Membagi hangat pada bumi yang lelah,
Bersatu membantu penuh cinta, Menghapus duka, mendekatkan berkah.
Sungai kecil bergabung ke lautan, Mengalir lembut memberi kesejukan,
Hidup rukun saling membantu adalah kekuatan, Menjalin kasih dalam keberagaman.
Gunung berdiri kokoh di kejauhan, Melindungi lembah dari angin dan badai,
Begitu juga manusia dalam persatuan, Bersama kuat, takkan mudah terbelai.
Bulan dan bintang berbagi cahaya, Menerangi malam dengan harmoni abadi,
Jika kita saling bantu dengan sukarela, Hidup damai, penuh cinta sejati.
Pohon-pohon tumbuh di hutan belantara, Akar saling melilit, memberi kekuatan,
Bersatu saling bantu membawa makna, Melawan ego demi kebaikan bersama.
Di ladang hijau petani bekerja, Bahu-membahu memanen bersama,
Saling membantu membawa bahagia, Menghapus lelah dengan canda dan tawa.
Langit biru dihias awan berarak, Tak berselisih, saling berbagi ruang,
Manusia pun harus hidup selaras, Membangun dunia dengan kasih yang lapang.
Mari kita hidup saling membantu, Menghapus duka di tengah perbedaan,
Persatuan adalah rahmat yang merdu, Jalan menuju ridha dan keberkahan.
Bersama kita adalah kekuatan besar, Menopang yang jatuh, mengangkat yang lemah,
Hingga dunia menjadi tempat yang benar, Penuh kedamaian dan cinta yang indah.
Ketuklah pintu Rasulullah dengan penuh harapan, Jangan ragu, jangan pernah berputus asa,
Karena kasih sayangnya tak pernah terlambat, Nabi Muhammad akan menarik tanganmu dengan cinta.
Berdoa kepada Allah dengan hati yang tulus, Rasulullah akan menyambutmu dengan penuh kasih,
Tak ada yang lebih indah selain memohon pada-Nya, Karena syafaat Nabi membawa kedamaian abadi.
Hukum adalah tiang penopang negeri, Menjaga adilnya siang dan malam,
Namun jika dijual oleh tangan sendiri, Luntur sudah kehormatan dalam salam.
Tegaknya hukum di atas UUD, Dasar negara tak boleh dilupa,
Jika amplop jadi kitab yang dipegang erat, Hancur sudah keadilan bangsa tercipta.
Di mana janji menjaga konstitusi? Mengabdi pada rakyat, bukan nafsu diri,
Polri dan jaksa mestinya suci, Jangan gadaikan amanah yang ilahi.
Demokrasi adalah napas kebebasan, Rakyat memilih tanpa tekanan,
Namun pesanan merusak keseimbangan, Menghianati cita-cita perjuangan.
NKRI lahir dari darah dan peluh, Bukan untuk dijual murah di sudut ruang,
Wahai pejabat, sadarlah sebelum runtuh, Jangan biarkan bangsa ini hilang.
Bersihkan hukum, tegakkan amanat, Jadikan UUD 45 panji yang tetap,
Hukum yang adil, demokrasi yang kuat, Barulah bangsa ini kembali selamat.
Semoga nurani kembali menyala, Demi negeri tercinta
Pengkhianat bangsa takkan berdaya, Jika kita bersatu menjaga negara.
Pagi cerah mentari bersinar, Gunung tinggi berbalut kabut,
Hukum negeri makin memudar, Dijual murah oleh si pembuat.
UUD adalah janji sakral, Dasar negara yang kokoh berdiri,
Namun kini hukum jadi tak adil, Karena nafsu dan amplop berdasi.
Demokrasi tak boleh ternoda, Pilihan rakyat mestinya dihormati,
Tapi hukum pesanan hadir menggoda, Yang salah menang, yang benar dihianati.
Polri dan jaksa, penjaga hukum, Seharusnya tegak tanpa pamrih,
Namun keadilan tertutup angan muram, Karena ada yang menjual sumpah nan perih.
NKRI berdiri atas perjuangan, Darah dan nyawa para pahlawan,
Kini terancam oleh pengkhianatan, Oleh mereka yang buta akan kebenaran.
Wahai pemimpin, lihatlah rakyatmu, Menanti keadilan yang tak kunjung tiba,
Bersihkan hukum dari para penipu, Bangkitkan martabat bangsa kita tercinta.
Hukum yang suci, demokrasi yang jujur, Akan membawa negeri menuju cahaya,
Jika keadilan terus dihancurkan, Hancurlah harapan Indonesia raya.
Kesimpulan;
bahwa hukum harus dijaga keadilannya, sesuai UUD 45, demi menjaga demokrasi dan keutuhan NKRI. Penegak hukum yang tergoda oleh uang atau pesanan adalah pengkhianat bangsa yang bisa menghancurkan masa depan negeri.
Pergi ke pasar membeli durian, Disanding kopi kala senja tiba.
Harta dunia memang menggiurkan, Namun ridha Allah jauh lebih berharga.
Matahari terbit warnai pagi, Diiring doa menuju harapan.
Waktu berlalu takkan kembali, Gunakan sebaik mungkin untuk kebaikan.
Hujan turun membasahi bumi, Tumbuh subur padi di sawah.
Berhitung amal di akhir tahun ini, Bersihkan diri untuk rahmat Allah.
Berlayar perahu menuju dermaga, Diiring angin penuh ketenangan.
Jagalah waktu jangan terbuang sia-sia, Agar hidup penuh keberkahan.
Burung merpati hinggap di dahan, Terbang rendah di pagi cerah.
Gunakan waktu untuk kebaikan, Agar selamat dari murka Allah.
Hujan turun membasahi tanah, Mekar bunga di tepi ladang.
Waktu berlalu cepat berbenah, Amal terjaga hidup pun tenang.
Pergi ke hutan mencari rotan, Singgah sebentar di bawah mangga.
Jangan terlena oleh kesenangan, Ridha Ilahi lebih utama.
Bintang berkelip di langit malam, Ditemani angin menyejukkan jiwa.
Hitunglah amal di akhir zaman, Mencari ampun pada Yang Esa.
Kapal berlayar menuju barat, Membawa dagangan penuh harapan.
Jaga lisan janganlah jahat, Agar selamat di hari kemudian.
Burung hinggap di ranting cemara, Angin berhembus menyejukkan hati.
Mulut busuk bawa bencana, Bijak berbicara lindungi diri.
Air keruh di tepi muara, Takkan jernih tanpa usaha.
Bersihkan hati dari dusta, Jaga lisan agar terpuji selalu.
Mentari pagi memancar terang, Awan cerah hiasi cakrawala.
Janganlah lidah menjadi perang, Damai sesama jauh lebih mulia.
Bulan purnama sinari malam, Air tenang di tepi rawa.
Mulut busuk membawa kelam, Hati yang jernih penuh cahaya.
Burung terbang menuju barat, Angin sepoi membawa damai.
Lidah yang tajam janganlah dekat, Ia pemicu rusaknya ramai.
Mentari terbit di ufuk timur, Bawa cahaya di pagi buta.
Lisan yang buruk ibarat racun, Tebarkan cinta, hilangkan dosa.
Hujan turun basahi tanah, Hawa sejuk di tengah kota.
Jaga lidah, hindari fitnah, Bersama umat hidup bahagia.
Pagi cerah burung berkicau, Angin berhembus menyapa desa.
Jangan salahkan anak yang kacau, Mungkin hatinya penuh luka yang terasa.
Bunga melati tumbuh di taman, Harumnya semerbak indah memikat.
Anak nakal jangan dimarahi keras, Bimbing dengan cinta dan sabar yang kuat.
Air sungai mengalir perlahan, Membasahi sawah di musim kemarau.
Depresi anak bukan tanpa alasan, Kadang rindu kasih yang lama tak bertaut.
Pelangi muncul di langit senja, Hujan reda menyisakan embun.
Jangan hanya melihat dari sisi salahnya, Tapi temukan sebab yang tersembunyi dalam.
Ladang hijau di kaki bukit, Petani menanam padi dengan tekun.
Anak nakal tak perlu dikecam sakit, Ia butuh pelukan agar hatinya tersusun.
Mentari tenggelam di ujung cakrawala, Cahaya jingga menyelimuti malam.
Ajari anak tentang nilai dan makna, Bukan dengan amarah, tapi kelembutan yang dalam.
Kapal kecil berlayar tenang, Menuju pulau di seberang laut.
Beri anak tempat untuk berpegang, Agar ia tahu hidup itu penuh maksud.
Hidup ini bagai sebuah taman, Penuh bunga, duri, dan harapan.
Dengan kasih sayang, anak bisa berjalan, Meninggalkan luka, menuju kedamaian.
Pagi cerah mentari bersinar, Burung berkicau di atas dahan.
Anak yang nakal jangan dimaki, Pasti ada luka yang tersimpan dalam.
Air tenang mengalir di sungai, Batu besar menghalangi jalannya.
Perilaku buruk bukan tanpa sebab, Mungkin dia rindu perhatian dan cinta.
Langit biru dihias pelangi, Hujan reda membawa kesejukan.
Anak depresi tak butuh celaan, Tapi uluran kasih dan pengertian.
Ladang hijau ditumbuhi padi, Petani bekerja dengan senyum ceria.
Jika anak salah, beri dia bimbingan, Jangan hanya marah tanpa bijaksana.
Bunga mawar mekar di taman, Indah harumnya semerbak bau.
Jiwa yang luka perlu dekapan, Agar tumbuh baik seperti bunga di hatimu.
Perahu kecil melintasi samudra, Angin membantu melajukan laju.
Anak adalah cermin sikap kita, Ajari dia sabar, sopan, dan tahu malu.
Hujan deras membasahi bumi, Petir menggelegar menghantam dahan.
Bimbing anak dengan cinta yang murni, Agar jiwanya tumbuh sehat penuh harapan.
Malam gelap dihias bintang, Cahaya bulan menyinari desa.
Jangan salahkan anak atas luka yang datang, Bantu dia temukan jalan menuju cahaya.
Hidup ini ujian bagi setiap insan, Jangan putus asa melihat kesalahan.
Dengan kasih, perhatian, dan bimbingan, Anak bermasalah bisa menjadi kebanggaan.
Lidah tak bertulang mudah mengucap, Namun kata terucap sulit ditangkap.
Seperti angin berbisik lembut, Bisa menghangatkan, bisa menusuk.
Berbicara lembut bagai senandung, Jangan tergoda amarah yang murung.
Satu kata bisa bawa bahagia, Tapi salah langkah bisa berduka.
Di lidah tersimpan sejuta cerita, Hikmah dan dusta, berbaur nyata.
Gunakan kata dengan bijaksana, Agar tak menyesal di hari tua.
Manis di mulut belum tentu di hati, Pikirkan dampak sebelum berbunyi.
Rasional menimbang setiap bicara, Familiar menyentuh jiwa siapa saja.
Seperti pantai menerima ombak, Janganlah keras bila menghadapi jejak.
Hati yang lapang akan menjadi penyejuk, Hidup bersahaja, tak ada yang direnggut.
Lidah memang tak bertulang selamanya, Namun ia bisa kokohkan dunia.
Jaga tutur, bimbinglah dengan cinta, Agar hidup penuh harmoni di setiap masa.
Berlayar biduk di tepian selat, Angin sepoi membawa tenang,
Janganlah hidup dengan niat jahat, Kelak diri menanggung malang.
Bunga melati harum mewangi, Mekar merekah di tepi taman,
Munafik hati merusak diri, Kebenaran pasti datang di depan.
Layang terbang di langit biru, Tali kendali jangan terputus,
Lempar batu sembunyi selalu, Namun jejak tak pernah tertutup.
Padi menguning di sawah luas, Petani sibuk menyiapkan lumbung,
Berkata manis di depan puas, Namun dusta menghantam punggung.
Kapal berlayar menuju dermaga, Mengikuti arah bintang terang,
Hidup bijak jauh dari duka, Jujur dan baik membawa tenang.
Berlayar biduk di ujung dermaga, Menjemput senja dengan hati damai,
Hidup janganlah penuh rekayasa, Karena dusta tak pernah selesai.
Angin berhembus dari barat daya, Menggoyang pohon hingga bergoyang,
Lempar batu sembunyi tangan, celaka, Bumerang datang, menghantam, dan menyerang.
Di taman bunga, kumbang berayun, Mencari madu di pagi cerah,
Munafik hidup tiada bertuan, Akhirnya karam di tengah masalah.
Petir menyambar di gelap malam, Hujan turun mengikis debu,
Bersikap licik akan tertikam, Senjata makan tuan, itu nyata berlaku.
Kejujuran ibarat sinar rembulan, Menyinari malam tanpa lelah,
Hati yang tulus takkan tertawan, Bahagia hidup, tenang dan indah.
Mentari pagi bersinar cerah, Menyinari bumi dengan kasih-Nya.
Cintailah ulama dalam setiap langkah, Mereka yang membimbing umat menuju rahmat-Nya.
Kyai dan habaib penjaga agama, Dengan ilmu dan keteladanan yang mulia.
Mereka ikhlas membimbing umat, Agar selamat di dunia dan akhirat yang abadi.
Namun cinta harus disertai adab, Dengan hati yang penuh hormat.
Jangan hanya mengagungkan tanpa pertimbangan, Tetaplah kritis, dengan hikmah yang seimbang.
Mereka adalah pembimbing di dunia, Tapi bukanlah tanpa kesalahan.
Mengoreksi bukan berarti membenci, Itulah hakikat cinta yang sejati.
Cinta mereka membawa kita dekat, Menuju Nabi, menuju Allah yang Maha Esa.
Dengan doa dan bimbingan yang tak terputus, Mereka mengajak kita ke jalan yang benar.
Tetapi kita juga bertanggung jawab, Menjaga iman dalam setiap langkah.
Jangan hanya mengandalkan orang lain, Agar kita selamat di dunia dan akhirat yang kekal.
Malam datang, doa terpanjat, Semoga ulama diberkahi setiap niat.
Mari kita jaga cinta ini dengan ikhlas, Agar menjadi amal yang tak terputuskan.
Cintailah mereka dengan hati yang tulus, Doakan mereka dalam setiap langkah suci.
Semoga Allah memberikan barakah dan rahmat, Agar kita semua bisa bertemu dalam kedamaian abadi.
Mentari pagi menyinari bumi, Burung berkicau melagukan syukur.
Namun hukum kita sering menyakiti hati, Tegak di atas aturan, tapi sering kabur.
Hakim bicara tentang keadilan, Namun kebenaran kadang terabaikan.
Yang kecil dihukum tanpa belas kasihan, Yang besar bebas dengan janji kekayaan.
Hukum tegak tapi sering bengkok, Seperti kayu lapuk di tengah ladang.
Kebenaran menjadi barang yang rapuh, Dimainkan kuasa yang berkilau terang.
Di sisi lain, maut pasti menghampiri, Tak peduli siapa, kapan, atau di mana.
Semua manusia akan kembali, Meninggalkan dunia, harta, dan nama.
Namun yang tak pernah hilang dari kita, Adalah lidah manusia yang terus berbicara.
Kebaikan sering tak diingat selamanya, Namun kesalahan kecil menjadi cerita.
Tak ada yang selamat dari kematian, Ia datang dengan takdir yang pasti.
Tak ada yang selamat dari pembicaraan, Lidah manusia tajam mengiris hati.
Agama mengajarkan kita untuk bijak, Jaga lisan dan luruskan langkah.
Hukum di dunia boleh saja bengkok, Namun di akhirat, keadilan Allah tegak tanpa celah.
Maka berbuatlah baik meski sulit, Jangan lelah menanam benih kebaikan.
Karena kematian adalah gerbang yang menghimpit, Namun pahala akan jadi penyelamat di persimpangan.
Wahai insan, jagalah dirimu, Dari lidah yang tajam dan nafsu yang buta.
Semoga kita kembali pada-Nya dengan hati suci, Bebas dari cela manusia dan hukuman dunia.
Pohon tinggi menjulang di hutan, Teduh menaungi burung berkicau.
Hukum di negeri tampak di permukaan, Tegak berdiri, namun sering tersendal.
Hakim bicara tentang keadilan, Namun kuasa uang membutakan hati.
Yang miskin dihukum tanpa kasihan, Yang kaya tertawa bebas pergi.
Hukum tegak tapi sering bengkok, Seperti ranting dipaksa membungkuk.
Rakyat kecil menangis tercekik, Yang berkuasa melangkah tanpa takut.
Namun kematian tak pilih siapa, Ia datang dengan pasti dan benar.
Raja dan rakyat semua sama, Di hadapan Allah, tak bisa menghindar.
Dan yang tak pernah berhenti berbunyi, Adalah lidah manusia yang penuh cerita.
Kebaikan kecil sering dilupakan, Namun kesalahan diulang jadi berita.
Tak ada yang selamat dari kematian, Ia menjemput tanpa kompromi.
Tak ada yang selamat dari pembicaraan, Manusia menghakimi tanpa nurani.
Agama mengajarkan kita berhati-hati, Menjaga lisan agar tak menyakiti.
Karena setiap kata ada pertanggungjawaban, Di hadapan Allah yang Maha Mengetahui.
Berbuat baiklah meski tak dihargai, Karena balasan dari Allah lebih berarti.
Hukum dunia boleh bengkok tak adil, Namun di akhirat, kebenaran takkan tertutupi.
Semoga kita semua tetap istiqamah, Menjaga diri dari dosa dan salah.
Kematian itu pasti, lidah tak terhenti, Namun hati yang suci akan selamat abadi.
Berbuat baik meski dicela, Hati tulus tak akan sirna.
Yang mencela tunjukkan cela, Kebaikan pasti Allah jaga.
Jika buruk dikritik insan, Lihatlah siapa pemberi pesan.
Baik buruk jelas terbaca, Hakikat diri jadi nyata.
Bila cela datang bertalu, Jadikan pelajaran jiwamu.
Yang buruk mencela, kita bercahaya, Titipan Allah untuk kebaikan semesta.
Bunga mekar di tepi kali, Harumnya sampai ke pelosok desa.
Jika dicela oleh hati yang iri, Itu tanda kita sedang mulia.
Bulan purnama bersinar terang, Badai pun reda di ujung malam.
Cacian buruk tak usah dikenang, Allah titip hikmah di setiap kalam.
Burung terbang di langit luas, Angin meniup penuh kelembutan.
Yang mencela biar berlalu jelas, Kita tetap tegar dalam kebaikan.
Harta menumpuk setinggi gunung, Tapi tak dibawa saat beranjak hilang.
Anak taat doa terhimpun, Jadi bekal di akhir terang.
Tabungan dunia tiada kekal, Walau dijaga siang dan malam.
Anak berbakti jadi bekal, Hidup tenang, akhir pun tentram.
Harta dunia kau kumpulkan, Dijaga erat penuh kecintaan.
Namun saat ajal datang di depan, Semua lenyap tak jadi pegangan.
Bila anak diajarkan iman, Disemai kasih dalam pendidikan.
Doanya tulus jadi harapan, Menerangi jalan di akhir kehidupan.
Tiada harta yang abadi, Walau banyak, hati tetap sunyi.
Anak berbakti jadi warisan sejati, Mendoakan di dunia hingga nanti.
Jagalah hartamu dengan bijaksana, Tapi ingat tujuan lebih mulia.
Mendidik anak taat, Itulah bekal sejati untuk selamanya.
0 comment:
Posting Komentar